Nah, mungkin Anda sudah menguasai
tata suatu bahasa. Anda telah membangun banyak kosa kata bahasa tersebut. Anda
bisa membaca dan menulis dalam bahasa tersebut. Bahkan Anda begitu lancar
mendengar dan memahami percakapan dalam bahasa tersebut.
Namun, mungkin Anda begitu susah
payah jika ingin ngomong dalam bahasa tersebut. Yah wajar sih, konon itu
terjadi karena proses input dan proses output bahasa di otak dilakukan secara
terpisah di dua area otak yang berbeda. Tapi kita tidak akan membahas itu
disini.
Pada post ini, saya hendak
memberikan tips mengatasi kesulitan Anda ketika ingin ngomong dalam bahasa
asing.
MENGAPA SULIT NGOMONG BAHASA ASING?
1. Sulit melakukan Recall akibat Metode Memorisasi yang kurang tepat. Untuk bisa ngomong bahasa dengan lancar, kemampuan recall dengan cepat sangatlah penting, sedangkan kemampuan recall sangat dipegaruhi oleh Metode Memorisasi. Metode memorisasi yang biasa dilakukan oleh pelajar bahasa asing adalah mengaitkan Ekspresi Bahasa Asing (L2) dengan Ekpresi Bahasa Lokal (L1). Misalnya mengaitkan kata "city" (L2) dengan kata "kota besar" (L1). Mengaitkan kata "lion" dengan kata "singa". Padahal ekspresi bahasa lokal (L1) harus dikaitkan dengan konsepsi dasar (P) terlebih dahulu, sehingga proses input & output bahasa dalam otak bisa digambarkan seperti ini:
1. Sulit melakukan Recall akibat Metode Memorisasi yang kurang tepat. Untuk bisa ngomong bahasa dengan lancar, kemampuan recall dengan cepat sangatlah penting, sedangkan kemampuan recall sangat dipegaruhi oleh Metode Memorisasi. Metode memorisasi yang biasa dilakukan oleh pelajar bahasa asing adalah mengaitkan Ekspresi Bahasa Asing (L2) dengan Ekpresi Bahasa Lokal (L1). Misalnya mengaitkan kata "city" (L2) dengan kata "kota besar" (L1). Mengaitkan kata "lion" dengan kata "singa". Padahal ekspresi bahasa lokal (L1) harus dikaitkan dengan konsepsi dasar (P) terlebih dahulu, sehingga proses input & output bahasa dalam otak bisa digambarkan seperti ini:
L2 dimemorisasi » L1 -> P ->
L1 -> L2 -> kalimat dibentuk -> kalimat diucapkan
Anda lihat pada skema di atas
memorisasi L2 melewati 3 tahap dan proses Recall melewati 3 tahap hingga
akhirnya kata bisa dituturkan. Sukur-sukur asosiasi antara L2 dengan L1 cukup
cepat di-recall, jika tidak, maka Anda bisa termangu "mencari" kata
yang tepat untuk diucapkan. Nah inilah masalahnya: sangat jarang pelajar yang
berhasil membuat asosiasi L2 dengan L1 yang cukup cepat di-recall. Artinya,
Anda perlu menemukan cara memorisasi yang lain yang lebih efisien.
2. Kurang membiasakan penggunaan
bahasa asing (L2) secara lisan.
Banyak juga pelajar bahasa asing yang hanya mempelajari tata dan pemahaman
bahasa tanpa berusaha membiasakan penggunaannya secara lisan. Asal tahu saja,
bahasa itu seperti otot: harus dilatih jika ingin ia berkembang dengan optimal.
APA YANG BISA ANDA LAKUKAN?
1. Untuk mengatasi masalah pertama, Anda perlu memangkas proses recall L2 dengan cara merubah metode memorisasinya sehingga prosesnya hanya seperti ini:
1. Untuk mengatasi masalah pertama, Anda perlu memangkas proses recall L2 dengan cara merubah metode memorisasinya sehingga prosesnya hanya seperti ini:
L2 dimemorisasi » P -> L2 ->
kalimat dibentuk -> kalimat diucapkan.
Tentunya dengan proses yang lebih
ringkas, recall akan lebih cepat kan?
Pada metode memorisasi di atas, L2 tidak diasosiasikan dengan L1 melainkan langsung diasosiasikan dengan P. Jadi misalnya kata "city" tidak diasosiasikan dengan kata "kota besar" melainkan langsung diasosiasikan dengan gambaran kota besar. Begitu juga kata "lion" tidak diasosiasikan dengan kata "singa" melainkan diasosiasikan dengan hewan seperti kucing besar berbulu kuning yang sering kelihatan di Afrika. Mengerti maksud saya?
Jangan asosiasikan ekspresi bahasa asing dengan ekspresi bahasa lokal Anda. Melainkan asosiasikan-lah ekspresi bahasa asing dengan konsep dasar (bisa berupa gambaran-gambaran nyata maupun simbol-simbol yang Anda pahami dalam otak Anda). Atau seperti yang mungkin pernah dikatakan seseorang pada Anda:
Jangan menerjemahkan suatu kata, melainkan pahamilah kegunaannya dalam berbahasa.
Pada metode memorisasi di atas, L2 tidak diasosiasikan dengan L1 melainkan langsung diasosiasikan dengan P. Jadi misalnya kata "city" tidak diasosiasikan dengan kata "kota besar" melainkan langsung diasosiasikan dengan gambaran kota besar. Begitu juga kata "lion" tidak diasosiasikan dengan kata "singa" melainkan diasosiasikan dengan hewan seperti kucing besar berbulu kuning yang sering kelihatan di Afrika. Mengerti maksud saya?
Jangan asosiasikan ekspresi bahasa asing dengan ekspresi bahasa lokal Anda. Melainkan asosiasikan-lah ekspresi bahasa asing dengan konsep dasar (bisa berupa gambaran-gambaran nyata maupun simbol-simbol yang Anda pahami dalam otak Anda). Atau seperti yang mungkin pernah dikatakan seseorang pada Anda:
Jangan menerjemahkan suatu kata, melainkan pahamilah kegunaannya dalam berbahasa.
2. Sebisa Anda, carilah lawan bicara
untuk berbicara bahasa asing dengan Anda, baik penutur asli maupun sesama
pelajar. Jika Anda tidak bisa atau sangat kesulitan mendapatkan lawan bicara,
maka sering-seringlah berbicara berbahasa asing dengan diri Anda sendiri. Anda
juga perlu membiasakan bisikan kecil di dalam pikiran Anda itu untuk bisa
berbicara bahasa asing. Saya serius!
Jika cara-cara tersebut tidak dapat
Anda lakukan, buatlah diari dialogis (diari yang disusun seperti percakapan
antara dua orang) menggunakan bahasa asing (Anda sudah pintar menulis kan?)
Kemudian sering-seringlah mereview-nya dengan membacanya keras-keras. Dengan
catatan, agar pembiasaan Anda dengan menggunakan diari menjadi berkesan
tentunya membacanya harus disertai aksen, nada, dan intonasi kayak beneran
gitu.
Tidak ada komentar on "Tips Mengatasi Kesulitan Ngomong Bahasa Asing "